Paskah (bahasa Latin: Páscha, bahasa Yunani: Πάσχα, Paskha; bahasa Aram: פַּסחא Pasḥa;
dari bahasa Ibrani: פֶּסַח Pesaḥ[1]) adalah perayaan
terpenting dalam tahun liturgi gerejawi Kristen. Bagi umat Kristen, Paskah identik dengan Yesus, yang oleh Paulusdisebut
sebagai "anak domba Paskah"; jemaat Kristen hingga saat ini percaya
bahwa Yesus disalibkan,
mati dan dikuburkan[a], danpada
hari yang ketiga[b] bangkit
dari antara orang mati. Paskah merayakan hari kebangkitan tersebut
dan merupakan perayaan yang terpenting karena memperingati peristiwa yang
paling sakral dalam hidup Yesus, seperti yang tercatat di dalam keempat Injil diPerjanjian Baru. Perayaan ini juga
dinamakan Minggu
Paskah, Hari
Kebangkitan, atau Minggu
Kebangkitan.
Paskah
juga merujuk pada masa di dalam kalender gereja yang disebut masa Paskah, yaitu masa yang dirayakan
dulu selama empat puluh hari sejak Minggu Paskah (puncak dari Pekan Suci) hingga hari Kenaikan Yesus namun sekarang masa tersebut
diperpanjang hingga lima puluh hari, yaitu sampai dengan hari Pentakosta (yang
artinya "hari kelima puluh" - hari ke-50 setelah Paskah, terjadi
peristiwa turunnya Roh Kudus). Minggu pertama di dalam masa
Paskah dinamakan Oktaf Paskah oleh Gereja Katolik
Roma. Hari Paskah juga mengakhiri perayaan Pra-Paskah yang
dimulai sejak empat puluh hari sebelum Kamis Putih, yaitu masa-masa berdoa,
penyesalan, dan persiapan berkabung.
Paskah
merupakan salah satu hari raya yang berubah-ubah tanggalnya (dalam kekristenan
disebut dengan perayaan
yang berpindah[2]) karena disesuaikan dengan hari
tertentu (dalam hal ini hari Minggu), bukan tanggal tertentu di dalam kalender sipil. Hari raya-hari raya
Kristen lainnya tanggalnya disesuaikan dengan hari Paskah tersebut dengan
menggunakan sebuah formula kompleks. Paskah biasanya
dirayakan antara akhir bulan Maret hingga
akhir bulan April (kekristenan ritus Barat) atau awal bulan April hingga
awal bulan Mei (kekristenan ritus Timur) setiap tahunnya, tergantung
kepada siklus bulan. Setelah ratusan tahun gereja-gereja tidak mencapai
suatu kesepakatan, saat ini semua gereja telah menerima perhitungan Gereja
Aleksandria (sekarang disebut Gereja
Koptik) yang menentukan bahwa hari Paskah jatuh pada hari Minggu
pertama setelah Bulan Purnama
Paskah, yaitu bulan purnama pertama yang hari keempat belasnya
("bulan purnama" gerejawi) jatuh pada atau setelah 21 Maret (titik
Musim Semi Matahari/vernal equinox gerejawi)
Minggu
Paskah bukan perayaan yang sama (namun masih berhubungan) dengan Paskah Yahudi (bahasa Ibrani: פסח atauPesakh[1])[3][c] dalam
hal simbolisme dan juga penanggalannya. Bahasa Indonesia tidak memiliki istilah yang
berbeda untuk PaskahPesakh (Yahudi)
dan Paskah Paskha (Kristen) sebagaimana beberapa
bahasa Eropa yang mempunyai dua istilah yang berbeda, oleh sebab itu kata
Paskah dapat memiliki dua arti yang berbeda di dalam bahasa Indonesia.
Banyak
elemen budaya, termasuk kelinci Paskah, telur Paskah, dan mengirim kartu Paskah telah
menjadi bagian dari perayaan Paskah modern, dan elemen-elemen tersebut biasa
dirayakan oleh umat Kristen maupun non-Kristen.
Paskah
merupakan perayaan tertua di dalam gereja Kristen, penghubung antara Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru. Paus Leo Agung (440-461) menekankan pentingnya Paskah dan
menyebutnya festum
festorum -
perayaan dari semua perayaan, dan berkata bahwa Natal hanya
dirayakan untuk mempersiapkan perayaan Paskah.
Menurut
tradisi Sinoptik[4], Paskah menunjuk pada Perjamuan Kudus, yang didasari dari Perjamuan Malam, perjamuan perpisahan
antara Yesus dan murid-murid Yesus[3][5]. Pada malam itu sebelum Yesus dihukum mati, Yesus
memberikan makna baru bagi Paskah Yahudi. Roti[d] dilambangkan
sebagai tubuh Yesus dan anggur dilambangkan
sebagai darah Yesus, yaitu perlambangan diri Yesus sebagai korban Paskah[6]. Rasul Yohanes dan Pauluslah yang mengaitkan
kematian Yesus sebagai penggenapan PaskahPerjanjian Lama (Yesus wafat pada saat
domba-domba Paskah Yahudi dikorbankan di kenisah atau Bait Allah)[7]. Kematian dan kebangkitan Yesus inilah yang kemudian
diasosiasikan dengan istilah Paskah dalam kekristenan.
Karena
Paskah dirayakan oleh gereja-gereja Kristen dengan suatu sakramen Ekaristi/Perjamuan
Kudus, maka sakramen tersebut dapat pula disebut sebagai Perjamuan Paskah
Kristen[1], atau Perjamuan Kudus Jumat
Agung[3], yang berbeda dari Perjamuan
Paskah Yahudi. Banyak gereja Kristen saat ini merayakan perjamuan tersebut
lebih dari setahun sekali agar jemaat gereja selalu diingatkan akan peristiwa
Paskah.[3]
Di
dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, kata Paskah disebutkan sebanyak 80
kali dalam 72 ayat[8] sementara
di dalam terjemahan BIS disebutkan sebanyak 86 kali dalam 77 ayat
Paskah
pada gereja mula-mula
Sebuah fresko (gambar dinding) yang menggambarkan
kisah kebangkitan; karya Fra Angelico, diFlorence, Italia.
Gereja mula-mula memperingati peristiwa
kebangkitan Yesus dengan perjamuan sederhana dan berdoa[e]. Kemudian dalam perjalanan
misinya, Paulus terus mengingatkan jemaat gereja mula-mula akan pentingnya
peristiwa kebangkitan Yesus[f] dan
perkataan Yesus pada waktu Perjamuan Malam Terakhir[11]. Sumber yang paling awal yang
menulis tentang Paskah adalah Melito dari Sardis yang
menulis homili berjudul Peri Pascha (Tentang Paskah)[12]. Orang-orang Kristen pada zaman
tersebut menapak tilas jalan salib (Via Dolorosa) yang dilalui oleh Tuhan
Yesus. Kematiannya diperingati sebagai korban keselamatan dalam tradisi Yahudi
(bahasa Ibrani: Zerah Syelamin)[13].
Orang
Kristen Yahudi terus merayakan Paskah Yahudi, namun mereka tidak lagi
mengorbankan domba Paskah karena Kristus dianggap sebagai korban Paskah yang
sejati. Perayaan ini diawali dengan berpuasa hingga Jumat jam 3 sore (ada yang
melanjutkan hingga pagi Paskah). Perbedaan timbul di seputar tanggal Paskah.
Orang Kristen Yahudi dan jemaat provinsi
Asia merayakannya
pada hari yang bersamaan dengan Paskah Yahudi, yaitu sehari setelah tanggal 14 Nisan (bulan
pertama) menurut kalender mereka - kematian Yesus pada 15 Nisan dan kebangkitan Yesus pada 17 Nisan - tanpa
mempedulikan harinya[14]; namun orang Kristen non-Yahudi
yang tinggal di Kekaisaran Romawi dan juga gereja di Roma dan
Aleksandria merayakannya pada hari pertama, yaitu hari Minggu - hari kebangkitan Yesus, tanpa mempedulikan
tanggalnya[g]. Metode yang kedua inilah yang
akhirnya lebih banyak digunakan di gereja[h][15], dan penganut metode yang
pertama perlahan-lahan mulai tergusur. Uskup Viktor dari Roma pada akhir abad ke-2 menyatakan
perayaan menurut tanggal 14 Nisan adalah bidat dan
mengucilkan semua pengikutnya[16][17]. Beberapa metode penghitungan
yang lain di antaranya oleh beberapa uskup di Galia yang
menghitung Paskah berdasarkan tanggal tertentu sesuai kalender Romawi, yaitu 25
Maret memperingati kematian Yesus dan 27 Maret memperingati kematian Yesus[18] karena
sejak abad ke-3 tanggal 25 Maret dianggap sebagai tanggal penyaliban[19]. Namun metode yang terakhir ini
tidak digunakan lama. Banyak kalender di Abad Pertengahan yang mencatat tanggal perayaan
ini (25 dan 27 Maret) untuk alasan historis, bukan liturgis[20]. Kaum Montanis di Asia Minor merayakan
Paskah pada hari Minggu pertama setelah 6 April[21]. Berbagai variasi perhitungan
tanggal Paskah tersebut terus berlangsung hingga abad ke-4.
Perselisihan
seputar penghitungan hari Minggu Paskah yang tepat tersebut akhirnya dibahas
secara resmi pada Konsili Nicea I pada tahun 325 yang
memutuskan bahwa hari Paskah adalah hari Minggu, namun tidak mematok hari
Minggu tertentu. Kelompok yang merayakan Paskah dengan perhitungan Yahudi
dinamakan "Quartodeciman" (bahasa Latin untuk 14) (Nisan) dan dikucilkan dari gereja[i]. Uskup Aleksandria kemudian
ditugaskan untuk mencari cara menghitung tanggal Paskah, karena kota itu dianggap
sebagai otoritas tertinggi untuk hal-hal yang berhubungan dengan astronomi, dan sang uskup diharapkan dapat
memutuskan hasilnya untuk diikuti keuskupan-keuskupan yang lain. Namun hasil
yang diperoleh tidak memuaskan, terutama untuk gereja-gereja Latin. Banyak
gereja masih memakai cara mereka sendiri-sendiri, termasuk gereja di Roma.
Akhirnya baru pada abad ke-7 gereja-gereja berhasil mencapai kesepakatan
mengenai perhitungan tanggal Minggu Paskah[17]. (lebih lanjut lihat #Tanggal Paskah)
Pada kekristenan ritus Latin (Barat), Paskah
menandai berakhirnya masa Pra-Paskah, yaitu 40 hari (tidak termasuk
hari Minggu) menjelang Minggu Paskah. Sepekan sebelum Minggu Paskah disebut
sebagai Pekan Suci. Hari Minggu sebelum Minggu
Paskah, yaitu hari pertama Pekan Suci, adalah hari Minggu Palem yang
memperingati masuknya Yesus ke kota Yerusalem menaiki
seekor keledai. Tiga hari terakhir sebelum Minggu
Paskah disebut sebagai Kamis Putih atau
Kamis Suci, Jumat Agung, dan Sabtu Suci atau
Sabtu Sunyi, yang ketiganya sering disebut sebagai Trihari Suci atau
Triduum Paskah; Kamis Putih memperingati Perjamuan Malam terakhir Yesus, Jumat
Agung memperingati kematian Yesus, dan Sabtu Suci memperingati hari pada saat
Yesus di dalam kuburan.
Banyak
gereja yang mulai merayakan Paskah semalam sebelumnya, yaitu dengan kebaktian
Malam Paskah. Pada beberapa negara, Minggu Paskah dirayakan selama
dua hari hingga Senin Paskah, dan hari-hari dalam sepekan
setelah Minggu Paskah, yang disebut dengan Pekan Paskah, masing-masing diberi akhiran Paskah,
seperti "Selasa Paskah", "Rabu Paskah", hingga Oktaf Paskah, yaitu hari Minggu setelah
Minggu Paskah. 40 hari (yang kemudian diperpanjang menjadi 50 hari atau 7
minggu) setelah Paskah biasa disebut dengan masa Paskah yang
diakhiri dengan hari Pentakosta (hari
ke-50).
Pada
kekristenan ritus Oriental (Timur), masa persiapan Paskah dikenal dengan nama
masa Puasa Besar dan
dimulai sejak Senin Bersih selama
40 hari (termasuk hari Minggu). Pekan terakhir dalam masa persiapan itu disebut
dengan Pekan Palma, yang berakhir dengan hari Sabtu Lazarus. Sehari setelah itu adalah Minggu Palma, Pekan
Suci, lalu Minggu Paskah. Pada Sabtu tengah malam menjelang Minggu Paskah
perayaan Paskah resmi dimulai, yang terdiri atas Matins, Jam-jam Paskah, dan Liturgi Surgawi Paskah; dengan demikian liturgi tersebut
dijamin merupakan liturgi pertama Minggu Paskah, sesuai gelarnya sebagai festum festorum - perayaan dari semua perayaan.
Pekan setelah Minggu Paskah disebut sebagai Pekan Terang, sedangkan masa setelah Minggu Paskah hingga
Minggu Para Orang Kudus (hari
Minggu setelah Pentakosta) disebut sebagai Pentakostarion.
Paskah
pada gereja modern
Di
dalam gereja-gereja Kristen, terutama ritus Latin, perayaan dimulai pada hari Jumat Agung. Gereja-gereja biasanya
menyelenggarakan kebaktian pada hari tersebut, umat Katolik Roma biasanya juga
berpuasa pada hari ini. Kebaktiannya diliputi dengan perasaan duka karena
memperingati sengsara penderitaan dan kematian Yesus di kayu salib. Gereja-gereja Protestan biasanya melanjutkan kebaktian
dengan sakramen Perjamuan Paskah untuk memperingati Perjamuan Malam
Terakhir Yesus; lagu-lagu sendu seperti "Jangan Lupa Getsemani"[22] juga
dinyanyikan. Sang pastor atau pendeta kadang-kadang
memberikan kotbah singkat.
Gereja-gereja Katolik Roma biasanya tidak melakukan sakramen Perjamuan Kudus
pada hari ini, sakramen pengakuan dosa dan pengurapan
orang sakit. (lebih lengkapnya lihat Jumat Agung)
Pada
hari Sabtunya gereja-gereja
Katolik dan beberapa gereja Anglikan dan Lutheran juga
menyelenggarakan kebaktian
malam Paskah. Dalam kebaktian itu sebuah lilin Paskah dinyalakan
untuk melambangkan Kristus yang bangkit; Exultet atau
proklamasi Paskah dinyanyikan; ayat-ayat Alkitab dari Perjanjian Lama yang
menceritakan keluarnya bangsa Israel dari Mesir dan nubuatan tentang Mesias dibacakan.
Bagian kebaktian ini mencapai puncaknya dengan menyanyikan Gloria dan Alleluia, dan Injil tentang kisah
kebangkitan dibacakan. Sama seperti kebaktian Jumat Agung, sang pastor atau
pendeta kadang-kadang juga menyampaikan kotbah sesudah pembacaan Alkitab. Bagi
gereja Katolik Roma, malam ini biasanya juga digunakan untuk sakramen baptisan kudus, malam penerimaan anggota
jemaat gereja yang baru. Untuk anggota jemaat yang lain, mereka juga menerima
percikan air suci sebagai
lambang perbaruan iman kepercayaan mereka. Kebaktian pada gereja-gereja Katolik
Roma kemudian dilanjutkan dengan sakramen Konfirmasi. Kebaktian kemudian diakhiri
dengan sakramen Ekaristi. Kebaktian malam Paskah ini
memiliki bermacam-macam variasi. Beberapa gereja mengadakannya pada
Umat
Protestan biasanya menggabungkan kebaktian malam Paskah dengan kebaktian Minggu
pagi, yaitu mengikuti kisah di Injil yang menceritakan para wanita yang datang
ke kubur Yesus pada pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu[23]. Ada gereja yang
menyelenggarakannya pada sekitar subuh (kebaktian subuh), dan biasanya
dilangsungkan di luar ruangan seperti halaman gereja atau taman di dekat
gereja, namun banyak pula yang merayakannya setelah matahari terbit. Kebaktian
Minggu untuk memperingati kebangkitan Yesus ini (baik bersama-sama atau berbeda
dari kebaktian subuh tersebut) dirayakan dengan sikap penuh sukacita, termasuk
lagu-lagu yang dinyanyikan juga lagu yang bernuansa kemenangan[24]. Gereja-gereja yang cukup besar
ada yang menggunakan instrumen-instrumen tiup (trompet, dll) untuk melengkapi
instrumen-instrumen yang biasa digunakan. Kebanyakan gereja juga mendekorasi
ruang ibadah dengan hiasan-hiasan dan bunga-bungaan (contohnya Bakung Paskah)
Etimologi
Istilah
Paskah dalam bahasa-bahasa Latin biasanya diturunkan dari salah satu dari dua
sumber: Paskha atau Pesakh dan Estre/Eostre atauEaster[25]. Dalam bahasa-bahasa Slavia,
biasanya istilah yang digunakan memiliki arti "Hari Agung".
Bahasa-bahasa
Semitik, Roman, Keltik, Jermanik, dan Indonesia
Istilah
Yunani untuk Paskah, paskha/pascha,
tidak ada hubungannya dengan kata kerja paschein,
"menderita", meskipun para penulis simbolis sering menghubungkan
keduanya; kata tersebut berasal dari bentuk bahasa Aram untuk
kata dalam bahasa Ibrani pesach.
OrangYunani menyebut
Paskah pascha
anastasimon; Jumat Agung pascha
staurosimon. Kata setara yang digunakan di dalam bahasa Latinadalah Pascha resurrectionis dan Pascha
crucifixionis. Di dalam buku liturgi Katolik
Romawi perayaannya diberi nama Dominica
Resurrectionis; di buku liturgi Mozarabik In Lætatione Diei
Pasch Resurrectionis; di buku liturgi Ambrosius In
Die Sancto Paschæ.. Bahasa-bahasa Romans telah mengambil istilah
Ibrani-Yunani tersebut: Latin, Pascha; Italia, Pasqua; Spanyol, Pascua; Perancis, Pâques.
Beberapa negara-negara Keltik dan Teutonik juga
menggunakannya: Skotlandia, Pask; Belanda, Paschen (kata dalam bahasa Belanda yang
betul sebenarnya adalah Pasen); Denmark dan Norwegia, Påske; Swedia: Påsk (Huruf å merupakan
huruf 'a' berganda dan dieja /o/, ejaan alternatifnya adalah Paaske atau Paask.); Islandia: Páskar; Faroe: Páskir;
bahkan di beberapa provinsi Jerman di Rhein Hulu menggunakan
istilah Paisken,
bukan Ostern.
Istilah tersebut, terutama di Spanyol dan Italia, mengalami perluasan makna dan
memiliki makna tambahan "keheningan" dan digunakan untuk
perayaan-perayaan lainnya, Pascua
florida (Minggu
Palem); Pascua
de Pentecostes (Pentakosta);Pascua
de la Natividad (Natal); Pascua de Epifania (Epifani) di Spanyol; Pasko (Natal); Pasko ng Pagkabuhay (Paskah Kebangkitan) diFilipina. Di beberapa wilayah di Perancis kebaktian
Komuni Pertama juga disebut dengan Pâques,
tidak peduli kapan dilangsungkannya.[17]
Orang-orang
Kristen berbahasa Arab atau bahasa Semitik lainnya kebanyakan menggunakan
istilah Pesaḥ.
Istilah bahasa Arab untuk perayaan ini: عيد الفصح ʿĪd al-Fiṣḥ, [ʕiːd ælfisˤħ] memiliki akar kata F-Ṣ-Ḥ,
yang masih kognasi dengan Ibrani P-S-Ḥ.
Bahasa Arab juga menggunakan istilah عيد القيامة ʿĪd
al-Qiyāmah, [ʕiːd ælqiyæːmæh],
yang berarti "perayaan kebangkitan", walaupun istilah ini lebih
jarang digunakan.
Bahasa Indonesia menggunakan istilah Paskah.
Demikian juga bahasa Melayu, bahasa Jawa, dan bahasa-bahasa
Nusantara lainnya.
Bahasa-bahasa
Anglo-Saxon
Dalam
bahasa Inggris, istilah Easter (Paskah) menurut Bede berasal
dari bahasa Saxon, yaitu kata Ēastre atau Ēostre (Templat:IPA-ang) yang masih berhubungan dengan Estre, seorang
dewi bangsa Teutonik, dewi cahaya fajar dan musim semi, yang perayaannya
berdekatan dengan perayaan Paskah, yang sudah tidak dikenal lagi pada zaman
Bede, bahkan di "Edda"[26]; bahasa Anglo-Saxon, termasuk Inggris: eâster, eâstron[27][28]; Jerman
Kuna: ôstra, ôstrara, ôstrarûn; Jerman: Ostern. April disebut easter-monadh.
Bentuk plural eâstron digunakan, karena perayaannya
berlangsung selama tujuh hari. Seperti bentuk plural dalam bahasa Perancis Pâques,
istilah tersebut diterjemahkan daribahasa Latin Festa
Paschalia, seluruh Oktaf Paskah.[17]
Bahasa-bahasa
Slavia
Di
dalam bahasa-bahasa Slavia istilah yang digunakan biasanya berarti "Hari
Agung" atau "Malam Agung". Polandia dan Ceko, Wielkanoc dan Velikonoce yang berarti "Malam(-malam)
Agung"; Ukrainia, Великдень
(Velykden); Bulgaria, Великден
(Velikden); Belarusia, Вялікдзень
(Vyalikdzyen) yang
berarti "Hari Agung".
Serbia, Bosnia, dan Kroasia menggunakan
istilah Uskrs yang berarti
"Kebangkitan". (Tiga istilah yang digunakan dalam aksara Sirilik dan
Latin: Ускрс->Uskrs, Васкрс->Vaskrs, Вeликден->Velikden)
Rusia adalah
perkecualian; ia menggunakan istilah Пасха
(Paskha) yang
meminjam dari bentuk Yunani melalui bahasa
Gereja Slavonia Lama[29].
Paskah
(dan perayaan lain yang berhubungan) yang merupakan hari terpenting dalam
kalender gerejawi disebut sebagai perayaan
yang berpindah, yang berarti perayaannya tidak terpaku pada tanggal
tertentu di dalam kalender
Gregorian maupun Julian (yang
sama-sama mengikuti perputaran matahari dan keempat musim) melainkan dihitung
menurut kalender
suryacandra seperti kalender Ibrani. Hal inilah yang mendasari
ilmuwan-ilmuwan mempelajari astronomi secara
sistematis.[30]
Di
dalam kalender Gregorian, Paskah selalu jatuh pada hari Minggu antara 22 Maret dan 25 April (inklusif).[30][31] Hari
berikutnya, Senin Paskah, merupakan hari libur di
banyak negara dengan tradisi Kristen yang kuat. Untuk negara-negara yang
mengikuti kalender Julian untuk perayaan-perayaan keagamaan, Paskah juga jatuh
pada hari Minggu antara 22 Maret (KJ) dan 25 April (KJ), yang dalam kalender
Gregorian adalah 4 April-8 Mei (inklusif).
Tanggal
Paskah yang tepat pernah menjadi pokok perdebatan. Di dalam Konsili Nicaea I pada 325 diputuskan
bahwa seluruh umat Kristen akan merayakan Paskah pada hari yang sama, yang akan
dihitung secara berbeda dari perhitungan umat Yahudi untuk
menentukan tanggal Paskah Yahudi. Karena tidak adanya catatan
keputusan konsili yang selamat hingga zaman modern, ada kemungkinan bahwa
konsili tersebut tidak memutuskan cara tertentu untuk menghitung tanggal
Paskah. Epifanius
dari Salamis menulis
pada pertengahan abad ke-4:
...kaisar...menghimpun
dewan dengan 318 uskup...di kota Nicea...Dalam konsili tersebut mereka juga menyetujui suatu kanon gerejawi,
dan pada saat yang bersamaan menitahkan berkenaan dengan Paskah (Yahudi) bahwa
diperlukan adanya satu permufakatan tentang perayaan hari Tuhan yang suci dan
teramat penting tersebut. Karena hal tersebut diperingati secara berbeda-beda
oleh orang-orang...[32]
Pada
tahun berikutnya, cara perhitungan yang dikerjakan oleh gereja Aleksandria
menjadi standar perhitungan. Secara perlahan sistem tersebut mulai tersebar ke
gereja-gereja Kristen di Eropa. Gereja Roma meneruskan penggunaan siklus kalender
suryacandra yang berusia 84 tahun sejak akhir abad ke-3 hingga 457. Gereja Roma terus menggunakan caranya sendiri hingga abad ke-6 saat
metode Aleksandria telah dikonversikan ke kalender Julian oleh Dionysius Exiguus. Gereja mula-mula di Britania dan Irlandia juga
menggunakan metode Roma yang lama tersebut hingga Sinode Whitby tahun 664 saat
mereka mulai menggunakan metode Aleksandria. Gereja-gereja di belahan barat
Eropa menggunakan metode Roma hingga akhir abad ke-8 pada
masa pemerintahan Karel yang Agung, lalu mereka menggunakan
metode Aleksandria. Namun, sejak Gereja Katolik mulai menggunakan kalender
Gregorian menggantikan kalender Julian sejak 1582 dan Gereja
Ortodoks Timur tetap
berpegang pada kalender Julian, maka perayaan Paskah kembali dirayakan secara
berbeda, dan perbedaan itu tetap ada hingga saat ini.
Perhitungan
Metode
penghitungan computus paschalis sejak dulu dianggap sangat
penting bahkan Durandus mengatakan bahwa seorang pastor
tidak layak disebut pastor jika tidak tahu (cara menghitung) computus paschalis.[33]
Perhitungan
dasar yang berlaku sejak Zaman Pertengahan adalah Paskah dirayakan pada
hari Minggu setelah bulan purnama pertama setelah hari
pertama musim semi (vernal
equinox). Kalimat tersebut sebenarnya tidak tepat benar dengan
sistem perhitungan gerejawi.
Dalam
perhitungan gerejawi, gereja-gereja Kristen menggunakan 21 Maret sebagai awal
tanggal perhitungan Paskah, dari sana dicari kapan bulan purnama berikutnya,
dst. Bagi gereja-gereja Ortodoks yang
masih menggunakan kalender Julian, tanggal yang digunakan juga 21 Maret, namun
dalam kalender Julian, sebagai akibatnya terdapat perbedaan-perbedaan seperti
yang tampak pada bagan di kanan.
Perhitungan
yang kompleks tersebut kira-kira dapat disederhanakan sebagai berikut:
Paskah
ditentukan berdasarkan siklus suryacandra. Satu bulan dalam penanggalan candra (bulan) terdiri dari bulan-bulan sepanjang 30 hari dan 29 hari,
berselang-seling, dengan satu bulan tambahan yang ditambahkan secara berkala
agar pas dengan penanggalan surya (matahari). Dalam setiap tahun surya (1
Januari hingga 31 Desember), bulan candra dimulai dengan sebuah purnama gerejawi yang
jatuh pada periode 29 hari di antara 8 Maret hingga 5 April (inklusif) dan
dinamakan "bulan candra Paskah" tahun tersebut. Paskah adalah hari
Minggu ke-3 dalam bulan candra Paskah, atau dengan kata lain hari Minggu
setelah hari ke-14 bulan candra Paskah. Hari ke-14 itu sendiri dinamakan purnama Paskah, walaupun hari ke-14 pada bulan candra dapat
berbeda dengan purnama astronomis hingga 2 hari lamanya.[j] Karena
purnama gerejawi jatuh pada tanggal 8 Maret hingga 5 April (>8 Maret &
<=5 April), purnama Paskah atau hari ke-14-nya pasti jatuh pada tanggal 21
Maret hingga 18 April (>21 Maret & <=18 April).
Dengan
demikian Paskah menurut kalender Gregorian akan memiliki 35 kemungkinan hari -
antara 22 Maret hingga 25 April (inklusif)[k]. Terakhir kali Paskah jatuh pada
tanggal 22 Maret adalah pada tahun 1818 dan
berikutnya adalah tahun 2285. Terakhir kali Paskah jatuh pada tanggal 25 April
adalah pada 1943 dan
berikutnya adalah tahun 2038. Siklus perputaran tangan-tanggal Paskah berulang
tepat setiap 5.700.000 tahun; 19 April merupakan tanggal Paskah yang tersering,
yang terjadi 220.400 kali, atau 3.9%, dibanding dengan median tanggal-tanggal
lainnya sebanyak 189.525 kali atau 3.3%. Paskah menurut kalender Julian
seringkali (sekitar 50%) dirayakan 1 minggu setelah kalender Gregorian, karena
tidak adanya penyesuaian perhitungan tanggal seperti yang dilakukan di kalender
Gregorian. Namun tidak jarang pula selisih waktunya hingga 3-4 minggu.
Untuk
menghindari perbedaan cara perhintungan Paskah, gereja Katolik telah membuat
tabel tanggal Paskah menurut aturan di atas. Seluruh gereja yang merayakan
Paskah merayakannya sesuai dengan tanggal di tabel.
Beberapa
algoritma yang digunakan untuk menghitung Paskah antara lain perhitungan
Gregorian, algoritma Gauss, algoritma Gregorian anonim, dan algoritma Julian Meeus.
Hubungan
dengan penanggalan Paskah Yahudi
Paskah
Yahudi juga menggunakan kalender suryacandra untuk menghitung tanggal perayaan.
Minggu Paskah biasanya jatuh sekitar seminggu setelah hari pertama Paskah
Yahudi (tanggal 15 Nisan pada penanggalan
Yahudi). Namun karena perbedaan sistem penghitungan tanggal
suryacandra antara kalender Yahudi dan Gregorian[l], dalam siklus 19 tahun Paskah
Yahudi jatuhnya satu bulan setelah hari Minggu Paskah, yaitu tahun ke-3, 11,
dan 14 dalam siklus 19 tahun kalender Gregorian (atau tahun ke 19, 8, dan 11
berturut-turut pada siklus 19 tahun kalender
Karena
dalam kalender Yahudi modern tanggal 15 Nisan tidak pernah jatuh pada hari
Senin, Rabu, atau Jumat, seder tanggal
15 Nisan tidak pernah jatuh pada malam Kamis Putih. Seder kedua, yang diperingati oleh
sebagian komunitas Yahudi sebagai malam Paskah (Yahudi) kedua, dapat jatuh pada
Kamis malam.
Reformasi
penanggalan Paskah
Tanggal Paskah 2001-2020 menurut penanggalan
Gregorian
|
|||||
Tahun
|
Paskah
Astronomis |
Paskah
Gregorian |
Paskah
Julian |
Purnama
Astronomis |
Paskah
Yahudi |
2001
|
April 15
|
April 15
|
April 15
|
April 8
|
April 8
|
2002
|
Maret 31
|
Maret 31
|
Mei 5
|
Maret 28
|
Maret 28
|
2003
|
April 20
|
April 20
|
April 27
|
April 16
|
April 17
|
2004
|
April 11
|
April 11
|
April 11
|
April 5
|
April 6
|
2005
|
Maret 27
|
Maret 27
|
Mei 1
|
Maret 25
|
April 24
|
2006
|
April 16
|
April 16
|
April 23
|
April 13
|
April 13
|
2007
|
April 8
|
April 8
|
April 8
|
April 2
|
April 3
|
2008
|
Maret 23
|
Maret 23
|
April 27
|
Maret 21
|
April 20
|
2009
|
April 12
|
April 12
|
April 19
|
April 9
|
April 9
|
2010
|
April 4
|
April 4
|
April 4
|
Maret 30
|
Maret 30
|
2011
|
April 24
|
April 24
|
April 24
|
April 18
|
April 19
|
2012
|
April 8
|
April 8
|
April 15
|
April 6
|
April 7
|
2013
|
Maret 31
|
Maret 31
|
Mei 5
|
Maret 27
|
Maret 26
|
2014
|
April 20
|
April 20
|
April 20
|
April 15
|
April 15
|
2015
|
April 5
|
April 5
|
April 12
|
April 4
|
April 4
|
2016
|
Maret 27
|
Maret 27
|
Mei 1
|
Maret 23
|
April 23
|
2017
|
April 16
|
April 16
|
April 16
|
April 11
|
April 11
|
2018
|
April 1
|
April 1
|
April 8
|
Maret 31
|
Maret 31
|
2019
|
Maret 24
|
April 21
|
April 28
|
Maret 21
|
April 20
|
2020
|
April 12
|
April 12
|
April 19
|
April 8
|
April 9
|
Notes:
1. Paskah Astronomis adalah hari Minggu pertama setelah Purnama Astronomis.
2. Paskah Yahudi dimulai saat matahari tenggelam pada hari sebelum tanggal tercantum. |
Dalam
sebuah kongres Pan-Ortodoks tahun 1923, uskup-uskup Gereja Ortodoks Timur
bertemu diKonstantinopel di bawah kepemimpinan Patriark Meletios
IV. Di dalam kongres tersebut para uskup menyetujui Perubahan kalender Julian. Aslinya,
kalender ini akan dapat menentukan tanggal Paskah berdasarkan perhitungan
astronomis yang berlandaskan meridian Yerusalem.[34][35] Namun
negara-negara yang menggunakan revisi tersebut hanya menggunakan revisi-revisi
hari-hari raya yang memiliki tanggal tetap pada kalender Julian, revisi rumus
perhitungan tanggal Paskah tidak pernah diterapkan di keuskupan Ortodoks
manapun.
Pada
pertemuan puncak Dewan
Gereja-gereja se-Dunia (DGD)
di Aleppo, Suriah pada 1997, DGD mengusulkan reformasi penghitungan Paskah yang akan
mempersatukan kembali kedua sistem yang ada (Barat/Gregorian dan Timur/Julian)
dengan pengetahuan ilmu astronomis modern yang menghitung equinox musim semi
astronomis dan bulan purnama di meridian Yerusalem, dan juga mengikuti Konsili
Nicea I tentang penanggalan Paskah pada hari Minggu pertama setelah bulan
purnama.[36] DGD
melampirkan tabel di samping. Perubahan yang diusulkan DGD ini akan
menyelesaikan masalah penanggalan dan menghilangkan perbedaan di antara
gereja-gereja (ritus) Timur dan Barat. Reformasi ini diusulkan mulai digunakan
sejak 2001, namun hingga kini hal tersebut belum digunakan oleh anggota
manapun.
Perayaan Paskah
Tradisi
Paskah Kristen
Anak
Domba
Di
antara simbol-simbol Paskah Kristiani yang populer, anak domba adalah yang
paling penting dalam perayaan agung ini. Yesus Kristus sebagai "Anak Domba
Paskah", sebagaimana yang diungkapkan Paulus dalam 1 Korintus 5:7, dengan bendera kemenangan, dapat dilihat dalam
lukisan-lukisan yang dipasang di rumah-rumah keluarga Eropa.
Doa
paling kuno untuk pemberkatan anak domba ditemukan dalam buku ritual abad
ketujuh biaraBenediktin di Bobbio, Italia. Dua ratus tahun kemudian Roma
mempergunakannya dan sesudah itu, selama berabad-abad kemudian, menu utama
santap malam Paus pada Hari Raya Paskah adalah anak domba panggang. Setelah abad
kesepuluh, sebagai ganti anak domba utuh, disajikan potongan-potongan daging
yang lebih kecil.
Tradiri
kuno anak domba Paskah juga mengilhami umat Kristiani untuk menyajikan daging
anak domba sebagai hidangan populer pada masa Paskah. Hingga sekarang, daging
anak domba disajikan sebagai menu utama Minggu Paskah di berbagai daerah di
Eropa timur. Tetapi, seringkali bentuk-bentuk anak domba kecil terbuat dari
mentega, roti atau pun gula-gula menggantikan sajian daging anak domba, dan
menjadi hidangan utama jamuan Paskah.
Tuguran
Tuguran adalah tradisi penting dalam
Gereja Katolik Roma, yang mencakup puasa sampai 40 jam mulai Jumat pagi sebelum
Paskah. Hari Sabtu tengah malam mereka berbuka puasa, dengan menyanyikan kidung
rohani, membaca kitab suci dan melakukan ritual dengan roti dan anggur. Misa
fajar pada Minggu Paskah merupakan salah satu bentuk tuguran.
Acara
musik Paskah
Di
kota Winston-Salem, negara bagian North Carolina, AS terdapat
sebuah jemaat Gereja Persaudaraan Moravia yang
memiliki tradisi Paskah tahunan. Mulai hari Minggu pukul dua dini hari, para
anggota gereja Moravia kota tersebut datang ke sebuah kuburan bersejarah
bernama God's Acre untuk
menyambut kebangkitan Yesus diiringi dengan koor alat-alat musik yang berjumlah
hingga 500 alat musik. Acara ini sudah dilangsungkan setiap tahun selama lebih
dari dua abad dan telah menarik ribuan turis setiap tahunnya sehingga kota
Winston-Salem diberi julukan "Kota Paskah" (Easter City).
Salubong
Di Filipina yang
mayoritasnya Katolik Roma, pada hari Minggu Paskah paginya diselenggarakan
dengan perayaan yang penuh sukacita, yang dikenal dengan nama Salubong(Pertemuan).
Pada festival tersebut patung raksasa Maria dan
Yesus, dan beberapa orang suci lainnya, diarak di jalanan yang m. Perayaan
kemudian dilanjutkan dengan misa Paskah.
Misa
sehari penuh
Di New Mexico, AS setiap tahun, sampai 50
ribu orang berbaris di jalan-jalan di negara bagian tersebut untuk mencapai
sebuah gereja kecil berumur 200 tahun pada fajar Hari Paskah. Ada yang berjalan
sejauh 165 kilometer. Gereja ini menyelenggarakan misa sehari penuh tanpa
henti, memberikan sakramen komuni suci
untuk semua umat yang datang.
Gua
Maria
Di Nusa Tenggara
Timur, Indonesia setiap
menjelang Paskah, puluhan ribu peziarah mengunjungi Kapel Tuan Ma di
Kota Larantuka, untuk menghormati Mater
Dolorosa atau patung Bunda Maria. Selain hari Paskah, patung
ini tidak diperkenankan dilihat untuk umum. Puluhan ribu umat Katolik dari
berbagai daerah rela mengantre berjam-jam untuk dapat masuk dalam Kapel Tuan
Ma. Di kapel itu,
digelar upacara Muda Tuan atau pembersihan patung Bunda Maria. Selesai upacara,
pintu-pintu kapela dibuka dan umat diperbolehkan masuk untuk memberikan
penghormatan kepada Mater Dolorosa. Di dalam kapela, para peziarah menyalakan
lilin sambil menyanyikan lagu-lagu untuk memuji Mater Dolorosa. Patung Mater
Dolorosa hanya dapat dilihat setahun sekali pada saat menjelang Paskah.
Prosesi
kebangkitan
Di Polandia, prosesi kebangkitan (Rezurekcja)
dimulai pada misa Paskah pagi pada saat lonceng-lonceng gereja dibunyikan
dengan suara nyaring untuk memperingati kebangkitan Yesus. Tradisi yang lain
adalah Święconka,
yakni pemberkatan keranjang Paskah oleh pastor pada Sabtu Suci.
Kota Sevile di Spanyol biasanya
menyelenggarakan perayaan Paskah yang sangat meriah. Selama Pekan Suci, prosesi
demi prosesi berlangsung di kota tersebut (total 58 prosesi selama Pekan Suci
2007) yang tidak jarang diikuti oleh 3000 orang per prosesi. Pemain musik ikut
dalam iring-iringan tersebut. Prosesi yang paling terkenal adalah pada Jumat
Agung malam.
Selain
di Seville, kota-kota lainnya di Spanyol juga terkenal akan tradisi festival
Paskah mereka, seperti kota Málaga, León, Cartagena,Castille, dll. Negara-negara lain yang
memiliki tradisi Paskah yang kuat antara lain Italia, Malta, negara-negara Amerika Tengah danAmerika Latin.
Telur Paskah
Karena telur tidak
diperkenankan untuk dimakan selama masa Pra-Paskah, maka pada hari Paskah telur
kembali disantap bersama-sama, dan pada mulanya diberi warna merah untuk
melambangkan sukacita Paskah. Tradisi ini tidak hanya ditemukan di
gereja-gereja Latin, tapi juga Oriental. Pemberian makna simbolis yang
mengkaitkan telur dengan kelahiran baru diperkirakan baru diciptakan lama
setelah tradisi ini ada. Tradisi ini diduga berasal dari/dipengaruhi oleh paganisme. Pada beberapa negara, orang
tua-orang tua baptis memberikan telur Paskah kepada anak-anak baptis mereka.
Telur yang bewarna biasanya digunakan sebagai mainan anak-anak. Di Amerika Serikat terdapat permainan yang cukup
populer, yang dikenal dengan sebutan "egg-picking" (mengambil
telur). Permainan yang lain misalnya "egg-rolling"
(menggelindingkan telur) yang dilakukan anak-anak pada Senin Paskah di halaman Gedung Putih di Washington.[17]
Prosesi
membangunkan orang
Di Puy,
Perancis, ada tradisi Paskah yang tidak diketahui sejak kapan mulainya, yaitu
pada saat menyanyikan mazmur Matins seorang penyanyi yang menjadi bagian dari koortersebut absen, maka beberapa penyanyi dan seorang pendeta
akan berjalan membawa salib prosesi dan air suci, lalu pergi ke rumah penyanyi
yang absen tadi, sambil menyanyikan lagu "Haec Dies", lalu
memerciknya dengan air suci jika ia masih berada di tempat tidur, lalu
menuntunnya ke gereja. Sebagai hukuman atas absennya, ia harus membuatkan makan
pagi untuk sang konduktor. Tradisi yang serupa juga
ditemui di Nantes dan Angers pada abad ke-15; sinode melarangnya pada 1431 dan 1448
Pemberkatan
makanan
Di
Gereja-gereja Latin dan Oriental, ada tradisi untuk memberkati makanan yang
selama masa Pra-Paskah tidak boleh disantap sebelum memakannya pada hari
Paskah, terutama daging, telur, mentega, dan keju[37]. Mereka yang makan makanan
tersebut sebelum diberkati, menurut kepercayaan pada masa lampau, akan dihukum
oleh Tuhan[38].
Pemberkatan
rumah
Pada
malam Paskah rumah-rumah diberkati[39]. untuk memperingati tradisi
membubuhkan darah domba Paskah di tiang pintu rumah. Pendeta paroki-paroki (di
Eropa) mengunjungi rumah-rumah di keparokiannya; tempat tinggal Paus juga diberkati pada hari ini oleh
Paus sendiri[40].
Tradisi
Paskah sekuler
Paskah
saat ini telah menjadi salah satu hari raya yang penting secara ekonomi,
terlihat dari banyaknya penjualan kartu Paskah, telur Paskah yang terbuat dari cokelat, serta pernak-pernik serta
makanan-makanan bertemakan Paskah lainnya. Berawal dari Eropa dan Amerika Serikat, tradisi-tradisi Paskah
yang sekuler mulai menyebar ke negara-negara lainnya di dunia, termasuk yang
populasi Kristennya sedikit. Hotel-hotel dan pusat-pusat perbelanjaan banyak
mengambil tema Paskah yang terlepas dari unsur kekristenannya.
Di
banyak negara-negara berbahasa Inggris seperti Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru tradisi Paskah yang berlangsung
biasanya di seputar telur Paskah. Menghias telur Paskah pada hari Sabtu dan
berburu telur-telur tersebut yang disembunyikan pada hari Minggunya. Selama
lebih dari 100 tahun, anak-anak datang ke halaman Gedung Putih pada hari Senin
Paskah, untuk ikut berburu telur Paskah.
Di
berbagai daerah di Jerman kelinci-kelinci
Paskah dalam bentuk kue-kue dan gula-gula mulai populer di Jerman Selatan, dan
sekarang kue dan gula-gula tersebut amat disukai anak-anak di berbagai macam
negara.
Ski
Di
negara-negara Skandinavia seperti Norwegia, Finlandia, Swedia, dan Denmark, banyak orang yang menjalankan
tradisi lama ber-skipada hari Paskah. Tradisi yang lain
adalah mendandani anak-anak kecil dengan kostum untuk meminta permen ke
tetangga-tetangga mereka.
Api
Paskah
Di
bagian utara dan timur Belanda (Twente
dan Achterhoek) dan di Jerman Utara (Osterfeuer), api Paskah (Paasvuur)
dinyalakan pada Minggu Paskah malam.
Pada
zaman dahulu, api Oster dinyalakan di atas gunung (gunung Easter/Osterberg)
dan dinyalakan dari api yang baru pada kayunodfyr; Ini merupakan tradisi
pagan yang menyebar di benua Eropa yang melambangkan dimulainya musim semi dan
berakhirnya musim dingin. Para uskup gereja
mengeluarkan larangan terhadap penyalaan api ini[41], namun tidak berhasil
menghapuskan tradisi non-Kristen ini. Gereja lalu mengadopsi upacara ini, dan
memberi lambang yang baru, yaitu memperingati "tiang api" yang
menuntun bangsa Israel keluar dari Mesir dan kebangkitan Yesus; api Paskah yang baru
ini dinyalakan pada hari Sabtu Suci dari batu api, melambangkan batu penutup kubur
yang digulingkan ketika Yesus bangkit. Di beberapa tempat di Eropa sebuah
lambang musim dingin dilemparkan ke api, namun di Rhine, Tyrol, dan Bohemia,
yang dilemparkan ke api adalah lambang Yudas[42]
Olahraga
dan perayaan
Jemaat Yunani dan Rusia, setelah melewati masa Pra-Paskah mereka yang panjang,
merayakan Paskah dengan olahraga-olahraga populer; di mana-mana ada musik,
tari-tarian, dan aktivitas-aktivitas lainnya. Di Rusia orang-orang boleh
berkunjung ke menara lonceng gereja dan membunyikan sendiri loncengnya khusus
pada hari tersebut, sebuah kesempatan yang jarang dilewatkan oleh penduduk
setempat[17].
Bola
tangan
Bola tangan merupakan
salah satu kegiatan Paskah yang dilakukan di Perancis dan Jerman[43]. Bola dapat melambangkan matahari.
Para uskup, pendeta, dan biarawan, setelah melewati masa Pra-Paskah yang ketat,
biasa bermain bola tangan sepanjang pekan Paskah[44]. Kegiatan ini disebut dengan
nama libertas
Decembrica, karena sebelumnya pada bulan Desember para
tuan biasa bermain bola dengan pelayan-pelayan dan gembala-gembala ternak
mereka. Permainan bola tangan tersebut kemudian disambung dengan tari-tarian
yang bahkan diikuti oleh para uskup dan biarawan. Di Inggris, permainan bola
ini juga merupakan olahraga favorit Paskah, namun saat ini tradisi-tradisi
tersebut telah menghilang
Festival
Paskah
Kota Salzburg di Austria setiap
tahunnya mengadakan Festival Paskah Salzburg (Salzburger Osterfestspiele),
yaitu festival opera danmusik klasik selama
pekan Paskah. Festival itu telah berlangsung sejak 1967 dan diperkuat oleh Die Berliner Philharmoniker (Orkestra Filharmonik Berlin), Gustav Mahler Jugendorchester (Orkestra Muda Gustav Mahler), dll.